Kamis, 22 Mei 2014

Cara Membuat Tempat Pensil Boneka Pinguin Dari Botol Bekas



Tempat pensil boneka pinguin dari Botol bekas
Foto-0109.jpg
Alat dan Bahan       :
1.     2 Botol Bekas (ukuran sesuai selera)   
2.    Cat Minyak
3.    Reksleting
4.    Lem Tembak/Lilin/UHU
5.    Hiasan (sesuai selera)
6.    Gunting
7.    Cutter
8.    Kuas
9.    Maker

Cara   :
catsmiki.jpg
1.     Beri tanda ukuran pada botol dengan maker/spidol, satu ukuran pendek satu lagi panjang.
2.    Potong yang sudah di beri tanda dengan cutter lalu rapikan dengan gunting.
3.    Cat kedua potongan tersebut dengan warna putih. Tunggu sampai kering.
4.    Rekatkan Reksleting pada bagian bawah botol dengan lem tembak seperempat bagian dulu, lalu rekatkan juga bagian atasnya.(Pada saat merekatkan jangan sampai rel reksleting ikut ter-lem.)
5.    Gambar pola untuk bagian wajah seperti di atas. Blok warna hitam pada bagian luar pola, tapi sisakan atasnya ya(atas tetap putih).
6.    Cat bagian atas dengan warna cerah, lalu beri mata pada bagian putih.
7.    Hias sesuai selera...
8.    Tempat Pensil Boneka Pinguin Siap di pakai....
Foto-0119.jpg
Silahkan Mencoba... GOOD LUCK

Selasa, 20 Mei 2014

Cerpen Cinta



Kehilangan
                Malam itu hujan sangat deras, aku sedang manantikannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan dan seseorang yang memanggil namaku.
“Fe..Fea buka, tolong buka.”
Buru-buru ku buka pintu, aku terkejut, terdiam tanpa kata melihat Viko basah kuyup penuh darah, ku bawa ia masuk, ku baringkan tubuhnya yang membiru, kuhangatkan, dan ku jahit luka di lengannya. Bibirku keluh tak mampu berucap,rasa takut menyelimuti benakku bagai kabut tebal dan hitam, aku takut, takut kehilangan orang yang ku cinta.
“Fea.. Fe apa kau disini? Maaf.. maafkan aku fea.” Gumamnya.
“y-y-ya viko, aku di sini, kau tak apa? Mengapa minta maaf? Apa yang terjadi Ko?” (bingung, panik)
“Maaf  Fe, aku tak menuruti nasehatmu, aku lepas kendali, ku lihat seorang petani lalu kuterkam dia, aku tak mampu manahan dahagaku Fe, lalu yang lainnya menyerangku.”
“Tak apa, tapi lain kali kau tak boleh begitu, sekarang kau perlu istirahat tidurlah.”
“Jangan pergi Fe, tetaplah di sini.”
“Ku kan selalu bersamamu, aku janji.”
Ku rawat luka-lukanya, dan berbaring di sampingnya, malam yang menegangkan berlalu seiring bergantinya hari.
          Keesokan harinya kulihat Viko telah kembali pulih, seolah tak ada luka yang baru dideritanya.Senyum kambali berbinar bak bulan sabit yang melengkung sempurna di wajahnya. Dan hari-hari yang menarik kembali lagi, dia mengajakku berlari, memanjat pepohonan,loncat, berenang di bawah air terjun, dan bebaring santai di hamparan ladang bunga Lavendeer yang indah, dan begitu seterusnya hari-hari kami lalui tanpa ada rasa bosan karna dia bersamaku.
(di bawah mentari cerah di ladang Lavendeer)
“Fe.. Mengapa kau begitu perduli padaku?Apa kau tak takut suatu saat aku akan melukaimu?”
“Mengapa kau begitu bodoh melontarkan pertanyaan itu? Tentu aku perduli padamu karna kaulah hal berharga di hidupku, aku tak takut padamu, karna aku yakkin kau takkan melukaiku, satu-satunya hal yang bisa membunuhku adalah kehilanganmu, jadi jangan tinggalkan aku.”
Ku tatap mata emasnya yang indah mencoba meyakinkan dan menghapus kekhawatirannya akan hal bodoh semacam itu, namun usahaku gagal.
“Tapi aku tak yakin bisa menahan nafsu dan dahagaku Fe, bisa saja aku lepas kendali dan melukaimu, aku monster, monster yang bisa merenggut nyawamu, dan aku takut itu terjadi” (geram)
“Aku rela mati di tanganmu daripada aku harus mati karna kehilangnmu. I Love You Viko.”
Ku kecup bibir manisnya, namun kesedihan masih terpancar di mata indahnya. Keheningan menyelinap diantara kami, begitu tenang, entah apa yang ada dalam benaknya saat ini. Langit mulai memerah, kami beranjak pulang. Selama perjalanan pulang kami membisu, dan tiba-tiba sesuatu muncul dari balik semak-semak dan meloncat menerkamku, aku menjerit, tubuhku terguling, kurasa perih di sekujur badanku karna cengkraman kuku makhluk itu.
“Fea..Fea bertahanlah.” Teriak Viko.
Dia berubah wujud dan berlari ke arahku melepaskan cengkraman singa lapar itu, menghantam dan mematahkan lehernya. Aku hanya bisa melihat, tubuhku melemas, kurasakan darah mengalir deras keluar, dan mataku pu terpejam.
“Fe..Fea ku mohon sadarlah, sampai kapan kau terpejam? Aku mohon jangan pergi.. aku mohon buka matamu.”
Ku dengar suara malaikat itu, kurasakan tangan kekarnya membelai lembut pipiku, sekonyong-konyong ku coba tuk membuka mataku.
“Viko... itu kau? Apa yang terjadi?”
“Tak apa Fe, kau akan membaik. Kubawa dokter tuk mengobati lukamu kemarin, kau kehilangan banyak darah akibat serangan singa lapar, namun butuh waktu untuk memulihkan keadaanmu. Sekarang minum ini.”
“Apa ini? Pahit.” (keluhku)
“Obat herbal,tentu pahit, dari rempah-rempah.”(tersenyum lembut) “Aku mencintaimu Fea.”
“Aku tahu itu, tetaplah disini.”
“Selalu.”
          Butuh tiga minggu untukku kembali pulih.Well, ku akui aku tak sehebat Viko yang hanya perlu waktu semalam tuk memulihkan luka bahkan jaringan tubuhnya yang rusak. Dia makhluk yang ditakuti sebagian besar manusia, banyak yang berkata dia iblis, monster yang berhati keji, tapi bagiku dia adalah makhluk sempurna, malaikat yang Tuhan kirimkan tuk merubah hidupku, ia begitu kuat, tampan, dan hangat.
(Di depan perapian)
“Tiga hari lagi. Aku harus pergi dan menjauh.”(memandang langit di luar jendela)
“Ada apa viko? Apa kau mengatakan sesuatu?”
“Aku harus pergi dan menjauh darimu Fea, Tiga hari lagi bulan purnama dan saat Twilight (senja hari) datang aku harus pergi, aku tak ingin melukaimu.”
“Aku ikut denganmu, tak apa, aku takkan terluka ‘I’m Stay with You’ kau sudah janji takkan meninggalkanku.”
“Aku tak bisa membawamu bersamaku, terlalu berbahaya di dekatku. Kau harus mengerti Fe.”
“Tapi aku ingin bersamamu, aku merasakan akan terjadi hal buruk bila kita terpisah, aku tak ingin terjadi hal mengerikan pada mu.”
“Hal buruk akan terjadi bila aku melukaimu Fea. Tetaplah disini aku janji aku akan kembali setelah bulan purnama.”
“Tidak..! aku akan tetap ikut”(menangis)
“Oke bila kau bersikeras. Sekarang kita tidur. Tenang aku bersamamu.”
Ku peluk tubuhnya, kusandarkan kepalaku di bahunya agar dia tak bisa meningalkanku.Namun saat mataku terbuka Viko telah pergi. Hatiku kesal dan gelisah, aku bersiap diri untuk mencarinya.
“Kau tega Viko. Aku akan menyusulmu” (gumamku)
Saat senja aku sampai di tengah desa, dan menuju montel terdekat untuk menginap dan membersihkan diri.
(Malam berikutnya, di kafe saat makam malam)
“Besok bulan purnama, aku akan bersiap untuk memburu Werewolf yang telah membunuh adikku di ladang bulan lalu. Akan kucabik dia seperti ia mencabik tubuh adikku.”
“Ya aku setuju, aku akan ikut dan mengumpulkan pemuda lainnya supaya ikut membantu. Besok kita siapkan senjata.”
Aku terkejut mendengar percakapan dua pemuda itu, tanpa di sengaja aku menumpahkan gelas kopiku, dan berlari ke montel untuk berkemas dan bergegas mencari Viko.
“Takkan ku biarkan warga membunuhnya, aku harus menemukannya dan melindunginya.”
Aku berlari meninggalkan desa menuju hutan, sampai akhirnya terhenti tuk beristirahat mengumpulkan tenaga. Paginya aku kembali menyusuri hutan, berteriak memanggil nama Viko, kucari dia terus ku cari, saat mulai senja aku melihat kerumunan warga membersihkan senjata di tepi sungai, aku panik lalu mulai berlari mencari Viko lagi.
“Aku harus lebih cepat dari mereka. Aku harus menemukannya sebelum mereka.”
(hari mulai gelap, bulan memancarkan sinarnya)
“Auuuuuuuuwwwwwwww.....Auuuuuuwwwwwww”
“Viko”
Aku mendengar suara lolongan, aku mencari darimana lolongan tersebut berasal. Aku berlari, terus berlari hingga ku temukan apa yang kucari sedang terjerat perangkap warga. Ku dekati dan kutatap mata emasnya, mata yang meyakinkanku akan orang yang ku cinta.
“Viko,, ini kau?”
Kupeluk dan kulepaskan jeratan di kakinya, aku menangis, ia pun juga meneteskan airmata, kini kami berhadapan, namun tak sanggup berucap, hingga tiba-tiba para warga datang.
“Menyingkirlah nak, dia bisa melukaimu, biarkan aku menembaknya.”ucap salah satu warga (Viko menggeram)
“Tidak...! jangan sakiti dia, dia baik, dia takkan melukai siapa pun.”
“Tenang nak, menyingkirlah atau kau juga akan tertembak.”Ancamnya.
“Tidak, kalian yang pergi dia bersamaku.”
Viko menggeram keras dan berlari, aku mengikutinya hingga di ujung tebing diatas jurang yang berdasar ke lautan, dia terdiam murung, kupeluk tubuhnya. Dan suara tembakan terdengar, kami terkepung tiada celah tuk melarikan diri, salah satu warga mendekat dan mengacungkan senjata ke arah kami. Viko maju melindungiku, kudengar suara pelatuk mesiu, dan aku berlari kedepannya kupeluk Viko, kurasakan sesuatu menembus punggungku, perih, ku tatap matanya, ia menangis, lalu melihat para warga dengan tatapan marah, menyerang salah satunya, ku coba menahannya, ku peluk erat tubuhnya agar dia tak bisa bergerak, sampai satu tembakan terdengar lagi, aku dan Viko terpental jatuh dari tebing, saat itu ku lihat kembali wujud aslinya seorang malaikat tampan sedang memeluk tubuhku mengecup bibirku,
“Fea aku mencintaimu.”
“Aku tahu, I Love you Viko.”
Kami terhempas ke lautan, namun tak terasa sakit, yang terasa hanyalah kehangatan, dan kedamaian dalam peluknya. Aku tak kehilangannya, aku tak jadi kehilangan orang yang ku cinta, Aku akan selalu bersamanya ditempat yang lebih indah. Aku dan Viko akan abadi bersama selamanya.
www.theaseptia31.blogspot.com

Minggu, 23 Maret 2014

contoh Surat resmi undangan perpisahan kelas 9



Pemerintah kabupaten sragen
Dinas pendidikan
Smp negeri 1 tangen
Sekolah standar nasional (ssn)
Jalan Raya Tangen-Jenar No.34 Tangen (0271)7088565 TANGEN 57261

Nomor             :01/SMP/I/2014
Hal                  : Undangan    
Lampran          : -

Yth. Kepala Kelurahan Katelan  Bp.Suparno
Di Tempat
 
Assalaamu’alaikum War. Wab.

Dengan hormat,
Sehubungan akan diadakannya  acara pelepasan kelas IX, kami mengharap kehadiran Bapak Suparno selaku Kepala Kelurahan Ketelan dalam acara  yang akan dilaksanakan pada         :

Hari, tanggal   : Sabtu, 11 Mei 2013
Waktu                          : Pukul 08.00 WIB – Selesai
Tempat             : Halaman SMP Negeri 1 Tangen

Demikian undangan ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

Wassalaamu’alaikum War. Wab.

                                                                                       Kepala Sekolah

Jumat, 21 Maret 2014

Salah tujuan Cerpen



Salah Tujuan
          Minggu lalu, aku dan kawanku Adnan menjadi perwakilan lomba pasiad matematika se-krasidenan Solo. Belum jelas tempat perlombaannya dimana, yang pasti kami diminta berkumpul di mushola depan SMP jam 06.00 tepat.
            Paginya kami berdua sudah menunggu di tempat yang telah di tentukan, tetapi pak Harwito guru pendamping kami belum juga datang, raut muka Adnan terlihat memerah dan sebal, sampai akhirnya setengah jam kemudian Pak Harwito datang dan kami langsung berangkat ke UNS Solo untuk mengikuti pasiad.
            Kami tiba disana lebih awal, dan langsung menuju lantai 2 untuk daftar ulang. Namun aku merasa ada yang aneh, pak Harwito dan petugas administrasi terlihat sedang berdebat, dan benar sudah firasatku ternyata kami salah tempat lomba, seharusnya pada babak pertama ini kami melaksanakan lomba di kabupatem masing – masing, dan yang seharusnya tempat lomba kami ada di SMPN 1 Sragen bukan di UNS Solo.
            Rasa geli dan sebal bercampur jadi satu, dan akhirnya  kami diperbolehkan mengikuti lomba di sana, karena waktunya sudah mepet kami tidak mungkin untuk kembali ke Sragen. Saat lomba berlangsung aku tidak bisa fokus dan merasa pesimis, aku tidak yakin bisa mengerjakan soal pasiad ini.
            Hari itu adalah hari terlucu dan melelahkan untukku, aku berharap ini tidak akan terulang lagi. Namun juga ada hikmah dibalik semua ini, aku jadi bisa melihat dan berkunjung di UNS Solo.