Kehilangan
Malam itu
hujan sangat deras, aku sedang manantikannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan
dan seseorang yang memanggil namaku.
“Fe..Fea buka, tolong buka.”
Buru-buru ku buka pintu, aku terkejut, terdiam tanpa kata melihat
Viko basah kuyup penuh darah, ku bawa ia masuk, ku baringkan tubuhnya yang
membiru, kuhangatkan, dan ku jahit luka di lengannya. Bibirku keluh tak mampu
berucap,rasa takut menyelimuti benakku bagai kabut tebal dan hitam, aku takut,
takut kehilangan orang yang ku cinta.
“Fea.. Fe apa kau disini? Maaf.. maafkan aku fea.” Gumamnya.
“y-y-ya viko, aku di sini, kau tak apa? Mengapa minta maaf? Apa yang
terjadi Ko?” (bingung, panik)
“Maaf Fe, aku tak menuruti
nasehatmu, aku lepas kendali, ku lihat seorang petani lalu kuterkam dia, aku
tak mampu manahan dahagaku Fe, lalu yang lainnya menyerangku.”
“Tak apa, tapi lain kali kau tak boleh begitu, sekarang kau perlu
istirahat tidurlah.”
“Jangan pergi Fe, tetaplah di sini.”
“Ku kan selalu bersamamu, aku janji.”
Ku rawat luka-lukanya, dan berbaring di sampingnya, malam yang
menegangkan berlalu seiring bergantinya hari.
Keesokan harinya
kulihat Viko telah kembali pulih, seolah tak ada luka yang baru
dideritanya.Senyum kambali berbinar bak bulan sabit yang melengkung sempurna di
wajahnya. Dan hari-hari yang menarik kembali lagi, dia mengajakku berlari,
memanjat pepohonan,loncat, berenang di bawah air terjun, dan bebaring santai di
hamparan ladang bunga Lavendeer yang
indah, dan begitu seterusnya hari-hari kami lalui tanpa ada rasa bosan karna
dia bersamaku.
(di bawah mentari cerah di ladang Lavendeer)
“Fe.. Mengapa kau begitu perduli padaku?Apa kau tak takut suatu saat
aku akan melukaimu?”
“Mengapa kau begitu bodoh melontarkan pertanyaan itu? Tentu aku
perduli padamu karna kaulah hal berharga di hidupku, aku tak takut padamu,
karna aku yakkin kau takkan melukaiku, satu-satunya hal yang bisa membunuhku
adalah kehilanganmu, jadi jangan tinggalkan aku.”
Ku tatap mata emasnya yang indah mencoba meyakinkan dan menghapus
kekhawatirannya akan hal bodoh semacam itu, namun usahaku gagal.
“Tapi aku tak yakin bisa menahan nafsu dan dahagaku Fe, bisa saja
aku lepas kendali dan melukaimu, aku monster, monster yang bisa merenggut
nyawamu, dan aku takut itu terjadi” (geram)
“Aku rela mati di tanganmu daripada aku harus mati karna
kehilangnmu. I Love You Viko.”
Ku kecup bibir manisnya, namun kesedihan masih terpancar di mata
indahnya. Keheningan menyelinap diantara kami, begitu tenang, entah apa yang
ada dalam benaknya saat ini. Langit mulai memerah, kami beranjak pulang. Selama
perjalanan pulang kami membisu, dan tiba-tiba sesuatu muncul dari balik
semak-semak dan meloncat menerkamku, aku menjerit, tubuhku terguling, kurasa
perih di sekujur badanku karna cengkraman kuku makhluk itu.
“Fea..Fea bertahanlah.” Teriak Viko.
Dia berubah wujud dan berlari ke arahku melepaskan cengkraman singa
lapar itu, menghantam dan mematahkan lehernya. Aku hanya bisa melihat, tubuhku
melemas, kurasakan darah mengalir deras keluar, dan mataku pu terpejam.
“Fe..Fea ku mohon sadarlah, sampai kapan kau terpejam? Aku mohon
jangan pergi.. aku mohon buka matamu.”
Ku dengar suara malaikat itu, kurasakan tangan kekarnya membelai
lembut pipiku, sekonyong-konyong ku coba tuk membuka mataku.
“Viko... itu kau? Apa yang terjadi?”
“Tak apa Fe, kau akan membaik. Kubawa dokter tuk mengobati lukamu
kemarin, kau kehilangan banyak darah akibat serangan singa lapar, namun butuh
waktu untuk memulihkan keadaanmu. Sekarang minum ini.”
“Apa ini? Pahit.” (keluhku)
“Obat herbal,tentu pahit, dari rempah-rempah.”(tersenyum lembut)
“Aku mencintaimu Fea.”
“Aku tahu itu, tetaplah disini.”
“Selalu.”
Butuh tiga minggu
untukku kembali pulih.Well, ku akui
aku tak sehebat Viko yang hanya perlu waktu semalam tuk memulihkan luka bahkan
jaringan tubuhnya yang rusak. Dia makhluk yang ditakuti sebagian besar manusia,
banyak yang berkata dia iblis, monster yang berhati keji, tapi bagiku dia
adalah makhluk sempurna, malaikat yang Tuhan kirimkan tuk merubah hidupku, ia
begitu kuat, tampan, dan hangat.
(Di depan perapian)
“Tiga hari lagi. Aku harus pergi dan menjauh.”(memandang langit di
luar jendela)
“Ada apa viko? Apa kau mengatakan sesuatu?”
“Aku harus pergi dan menjauh darimu Fea, Tiga hari lagi bulan
purnama dan saat Twilight (senja hari) datang aku harus pergi, aku tak ingin
melukaimu.”
“Aku ikut denganmu, tak apa, aku takkan terluka ‘I’m Stay with You’
kau sudah janji takkan meninggalkanku.”
“Aku tak bisa membawamu bersamaku, terlalu berbahaya di dekatku. Kau
harus mengerti Fe.”
“Tapi aku ingin bersamamu, aku merasakan akan terjadi hal buruk bila
kita terpisah, aku tak ingin terjadi hal mengerikan pada mu.”
“Hal buruk akan terjadi bila aku melukaimu Fea. Tetaplah disini aku
janji aku akan kembali setelah bulan purnama.”
“Tidak..! aku akan tetap ikut”(menangis)
“Oke bila kau bersikeras. Sekarang kita tidur. Tenang aku
bersamamu.”
Ku peluk tubuhnya, kusandarkan kepalaku di bahunya agar dia tak bisa
meningalkanku.Namun saat mataku terbuka Viko telah pergi. Hatiku kesal dan
gelisah, aku bersiap diri untuk mencarinya.
“Kau tega Viko. Aku akan menyusulmu” (gumamku)
Saat senja aku sampai di tengah desa, dan menuju montel terdekat
untuk menginap dan membersihkan diri.
(Malam berikutnya, di kafe saat makam malam)
“Besok bulan purnama, aku akan bersiap untuk memburu Werewolf yang
telah membunuh adikku di ladang bulan lalu. Akan kucabik dia seperti ia
mencabik tubuh adikku.”
“Ya aku setuju, aku akan ikut dan mengumpulkan pemuda lainnya supaya
ikut membantu. Besok kita siapkan senjata.”
Aku terkejut mendengar percakapan dua pemuda itu, tanpa di sengaja
aku menumpahkan gelas kopiku, dan berlari ke montel untuk berkemas dan bergegas
mencari Viko.
“Takkan ku biarkan warga membunuhnya, aku harus menemukannya dan
melindunginya.”
Aku berlari meninggalkan desa menuju hutan, sampai akhirnya terhenti
tuk beristirahat mengumpulkan tenaga. Paginya aku kembali menyusuri hutan,
berteriak memanggil nama Viko, kucari dia terus ku cari, saat mulai senja aku
melihat kerumunan warga membersihkan senjata di tepi sungai, aku panik lalu
mulai berlari mencari Viko lagi.
“Aku harus lebih cepat dari mereka. Aku harus menemukannya sebelum
mereka.”
(hari mulai gelap, bulan memancarkan sinarnya)
“Auuuuuuuuwwwwwwww.....Auuuuuuwwwwwww”
“Viko”
Aku mendengar suara lolongan, aku mencari darimana lolongan tersebut
berasal. Aku berlari, terus berlari hingga ku temukan apa yang kucari sedang
terjerat perangkap warga. Ku dekati dan kutatap mata emasnya, mata yang
meyakinkanku akan orang yang ku cinta.
“Viko,, ini kau?”
Kupeluk dan kulepaskan jeratan di kakinya, aku menangis, ia pun juga
meneteskan airmata, kini kami berhadapan, namun tak sanggup berucap, hingga
tiba-tiba para warga datang.
“Menyingkirlah nak, dia bisa melukaimu, biarkan aku
menembaknya.”ucap salah satu warga (Viko menggeram)
“Tidak...! jangan sakiti dia, dia baik, dia takkan melukai siapa
pun.”
“Tenang nak, menyingkirlah atau kau juga akan tertembak.”Ancamnya.
“Tidak, kalian yang pergi dia bersamaku.”
Viko menggeram keras dan berlari, aku mengikutinya hingga di ujung
tebing diatas jurang yang berdasar ke lautan, dia terdiam murung, kupeluk
tubuhnya. Dan suara tembakan terdengar, kami terkepung tiada celah tuk
melarikan diri, salah satu warga mendekat dan mengacungkan senjata ke arah
kami. Viko maju melindungiku, kudengar suara pelatuk mesiu, dan aku berlari kedepannya
kupeluk Viko, kurasakan sesuatu menembus punggungku, perih, ku tatap matanya,
ia menangis, lalu melihat para warga dengan tatapan marah, menyerang salah
satunya, ku coba menahannya, ku peluk erat tubuhnya agar dia tak bisa bergerak,
sampai satu tembakan terdengar lagi, aku dan Viko terpental jatuh dari tebing,
saat itu ku lihat kembali wujud aslinya seorang malaikat tampan sedang memeluk
tubuhku mengecup bibirku,
“Fea aku mencintaimu.”
“Aku tahu, I Love you Viko.”
Kami terhempas ke lautan, namun tak terasa sakit, yang terasa hanyalah
kehangatan, dan kedamaian dalam peluknya. Aku tak kehilangannya, aku tak jadi
kehilangan orang yang ku cinta, Aku akan selalu bersamanya ditempat yang lebih
indah. Aku dan Viko akan abadi bersama selamanya.
www.theaseptia31.blogspot.com